Malam itu aku tak merasakan hangat lampionku, karna malam
itu aku harus bermalam di rumah sahabatku.
Yaah sahabat setiaku yang slalu temani aku dalam suka dan
duka..
Di rumahnya dia menunjukkan lampion indahnya. Ku amati
lampion miliknya memang indah, warnanya cerah, cahayanya pun menenangkan mata
yang memandang..
Tapi aku merasakan hangat lampionnya tak sehangat
lampionku.. ah, mungkin ini hanya perasaanku..
Mana mungkin lampion mempunyai tingkat menghangatkan yang
berbeda.
Malam berikutnya aku bermalam lagi di rumah sahabatku itu,
kami menghabiskan waktu dengan berbincang hingga larut ditemani cahaya
lampionnya. Kurasakan lagi hangat lampion milik sahabatku..
Hangat.. hangat sudah kurasakan.. yah, lampion sahabatku itu
sehangat lampionku..
Hingga berhari-hari dan bermalam-malam aku menginap di
rumaha sahabatku itu, tiap malam kami lalui bersama lampion itu.
Tapi di suatu malam aku merasakan lampion sahabatku memang
tak sehangat lampionku..
Ku coba katakan padanya jika lampionnya tak begitu hangat
kurasakan. Sahabatku berkata “bagaimana bisa kau katakana lampionku tak hangat,
aku sudah 25 tahun bersama lampion ini, tiap malam ku lalui bersama lampion
ini, dan lampion ini slalu berikan hangat terbaiknya untukku..”
Benarkah lampionnya begitu hangat? Iya tentu saja.. jika tak
hangat tak mungkin sahabatku memilih lampion itu bersamanya selama 25 tahun.
Aku pulang ke rumah dan menatap lampionku, keresapi
dalam-dalam hangatnya.. dalam hati ku berkata “aku belum bisa merasakan hangat
lampion sahabatku sehangat lampionku ini, sudahlah..mungkin memang setiap
lampion berikan hangat terbaiknya untuk pemiliknya saja.. Tapi aku slalu
berharap suatu saat aku bisa merasakan hangat lampion sahabatku sehangat
lampion milikku..”
0 komentar:
Posting Komentar