Ada seorang ayah memberikan sekantung paku kepada anaknya, dan menyuruh anaknya memaku 1 batang paku pada sebuah pagar pekarangannya setiap anaknya hilang kesabaran dan berselih paham dengan sahabat atau temannya. Tiap kali dia berselisih dengan temannya, dia memaku dipagar pekarangannya. Dia mendapati lebih mudah menahan diri daripada memaku di pagar. Hari demi hari anak itu lalui, dan paku pun semakin sedikit. Akhirnya tiba dimana anak itu tak perlu memaku lagi dipagar. Dia pun menyampaikan hal ini kepada ayahnya dengan gembira. Ayahnya kemudian menyuruh anak tersebut untuk mencabut satu per satu paku-paku itu setiap kali dia bisa menahan diri atau bersabar. Hari demi hari berlalu, akhirnya tiba sang anak menyampaikan kepada ayahnya bahwa dia telah berhasil mencabut semua paku yang semula ada dipagar pekarangan mereka.
Sang ayah membawa anaknya ke dekat pagar dan berkata “Anakku kamu telah berbuat baik, tapi lihatlah betapa banyak lubang yang ada dipagar ini”. “Pagar ini tak akan kembali seperti semula, saat kamu berselisih paham dengan orang lain hal itu akan meninggalkan luka seperti lubang pada pagar ini”. Kamu bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi tetap akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kamu minta maaf dan menyesal, lukanya kan tertinggal.
Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan bersemangat. Mereka bersedia mendengar jika itu kau perlukan, mereka memberimu warna. Tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau menyukainya mereka.
“Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat mempercayakan rahasia” -Alessandro Manzoni-
Berilah kepada orang lebih dari yang mereka harapkan dan lakukan secara bijaksana. Yakinkanlah pada dirimu ketika kau berkata : “aku mencintaimu..”. Jika kau berkata “aku menyesal..” tataplah mata lawan bicaramu. Jangan permainkan perasaan orang lain. Mungkin kau bia tersinggung, tapi itulah satu-satunya cara menjalani hidupmu. Jangan adili orang lain, tapi adili lah dirimu sendiri dengan kritis. Bicaralah pelan tapi cepat dalam berpikir. Jika kau ditanya sesuatu yang tak ingin kau jawab, tersenyumlah… dan Tanya kepadanya “mengapa kau ingin tau?”
Ingatlah bahwa kasih yang indah dan sukses yang terbesar mengandung banyak resiko. Jika kau kalah, jangan lupakan pelajaran dibalik kekalahan itu. Hargailah dirimu, hargailah orang lain, bertanggungjawablah atas tindakanmu. Jangna biarkan selisih paham merusak indahnya persahabatan. Tersenyumlah ketika menerima telpon, maka orang yang menelponmu akan melihat senyummu dari suaramu… Baca yang tersirat.. Tak smua makna tersurat..
Rabu, 17 November 2010
Senin, 01 November 2010
.: Tentang Rasa :. Astrid
Aku tersesat menuju hatimu
Beri aku jalan yang indah
Ijinkan ku lepas penatku
‘tuk sejenak lelap di bahumu
Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
Tentang cinta yang datang perlahan
Membuatku takut kehilangan
Ku titipkan cahaya terang
Tak padam di dera goda dan masa
* Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
Kamis, 14 Oktober 2010
Kesempurnaan Seorang Pengamen Berkaki Satu
Jam tanganku menunjukkan 05.05 pm. Jam kerja tlah usai, saatnya aku pulang ke rumah. Aku melaju dengan Jupiter Z kesayanganku. Aku melaju segala kepenatanku, kejenuhanku, ke ‘kurang bersyukur’ nya aku. Aku berhenti karna traffic light meyala merah. Kuputar pandangan ke sekeliling dengan adat ‘cuek’ ku. Ku terhenti pada satu pandangan. Pandangan tepat didepan mataku yang hanya berjarak kurang lebih 1 meter didepanku. Ku melihat seorang pengamen pria memegang gitarnya dan bersusah payah berjalan dengan satu kaki dibantu tongkatnya. Pengamen pria itu tak lagi muda, tua pun tak begitu. Tapi garis-garis kelelahannya masih bisa kulihat.
Kulihat dia menyanyikan sebuah lagu diiringi gitar kecilnya. Memang tak begitu jelas kudengar suaranya. Tapi masih bias kudengar bunyi gitarnya dengan nada tak begitu beraturan. Jantungku berdetak kencang. Pandanganku beralih kebawah. Mataku terasa berat, seakan menahan sesuatu yang ada didalam. Bukan karna gitar yang dia bawa, bukan pula karna lagu yang dia nyanyikan.
Ya Alloh… Aku malu… Aku malu padaMu.. Aku malu padaMu Ya Rabb..
Begitu sombongnya aku.. Begitu sombongnya aku yang tak jarang kurang bersyukur atas nikmat yang Kau limpahkan padaku. Aku malu kepada pria bertongkat itu, dia tak sempurna secara fisik, tapi dia begitu sempurna mensyukuri apa yang Kau berikan padanya. Dengan satu kaki, dia tetap jalani skenario-Mu Ya Rabb. Dengan ketidaksempurnaannya, dia masih bisa tersenyum kepada orang-orang yang mengasihinya.
Alloh.. Betapa kecilnya aku dibanding pria itu. Segala kebanggaan diriku pudar dengan seketika. Kosong diriku saat itu. Pikiranku melayang. Kerdil aku seketika.
Dia yang slama ini Kau cukupi kebutuhannya, Kau turuti permintaannya, Kau kasihi jiwa dan raganya, masih sering mengeluh, tak jarang ‘ngresulo’, sering mengucapkan ‘ah..’ tanpa ketidakpuasannya. Dia itu aku.. Dia yg masih kurang bersyukur itu aku. Alloh, maukah kau memafkanku yang slama ini kurang bersyukur atas nikmat-Mu. Alloh, ampuni aku yang disetiap doa masih mendikte-Mu. Alloh, terima sujudku yang slama ini tak jarang tak ikhlas jalani scenario-Mu.
Hamba sadar, kesempurnaan hanya milki-Mu. Smua adalah kuasamu. Kau lah sutradara, kami hanya pemeran saja.
Ajarkan pada hamba bahwa hidup ini butuh perjuangan. Ajarkan pada hamba bahwa cinta-Mu tak hanya disini. Ajarkan pada hamba bahwa dibalik kesulitan ada kebaikan yang bisa dipetik. Ajarkan pada hamba semua cinta-Mu Ya Rabb..
Tumbuhkan lebih lebat pada hamba rasa kasih saying pada sesama mahluk-Mu. Tumbuhkan pada hamba keiikhlasan terhadap sesama ciptaan-Mu.
Bismillahirrohmanirrohim..
Sgala kujalani dengan ridho-Mu. Ku mohon ridhoilah aku dalam menjalankan segala perintah-Mu. Jagalah hamba agar slalu dapat menjauhi larangan-Mu. Amin..
Selasa, 12 Oktober 2010
Sebelum Kamu Menceraikanku, BopongLah Aku…
Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu.
Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami.
Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.
. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka.
Nina hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Nina yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya.
Nina berkata , “Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis”
Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku pernah berkata, “Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis”.
Berpikir tentang ini, aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Nina dan berkata, “Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor”.
Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya, ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Nina. Ini adalah hiburan bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, “Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan? “
Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.
Ketika istriku mengunjungi kantorku, Nina baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan.
Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.
Sekali lagi, Nina berkata padaku, ” He , ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama”.
Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.
Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,
“Ada sesuatu yang harus kukatakan”
Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.
“Aku ingin bercerai”, ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata- kataku, tapi ia bertanya secara lembut, “kenapa?, Aku serius”.
Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, “Kamu bukan laki-laki!”. Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Nina.
Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.
Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya.
Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.
Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali.
Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.
Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya, ” Apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari Pernikahan kita?”
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu membopongku dilenganmu”, katanya,
“Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.”
Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.
Aku memberitahukan Nina soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini”, ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.
Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami, “Wah, papa membopong mama, mesra sekali”
Kata-katanya membuatku merasa sakit..
Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut, “Mari kitamulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita”. Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi kekantor.
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.
Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, “Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana”.
Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.
Bayangan Nina menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak, dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat.
Aku tidak memberitahu Nina tentang ini.
Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, “Kelihatann ya tidaklah sulit membopongmu sekarang”
Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia melihat, “Semua pakaianku kebesaran”.
Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit. Tanpa sadar ku sentuh kepalanya.
Anak kami masuk pada saat tersebut. “Pa,sudah waktunya membopong mama keluar”
Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.
Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, “Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua”.
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata, “Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra”.
Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah.
Aku menaiki tangga.
Nina membuka pintu. Aku berkata padanya, ” Maaf Nin, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius”.
Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. “Kamu tidak demam”. Kutepiskan tanganya dari dahiku “Maaf, Nina, Aku Cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu”
Nina tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.
Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?
Aku tersenyum, dan menulis :
“Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua…”by RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF on Wednesday, October 13, 2010 at 2:02am
Senin, 11 Oktober 2010
Obat
Suatu ketika aku sakit, seseorang memberiku gambar ini via email. Ini obat untukku katanya. Begitu membuka gambar ini, senyumku mengembang. Ada perasaan bahagia yang tak terlukiskan. Entah apa yang kurasa ini. Dan saat itu pula, tubuhku yang tadinya kurang begitu fit berubah lebih segar. "Apa memang benar katanya, ini obat untuk sakitku?". Ah rasanya lelucon saja, gambar obat bisa menyembuhkan sakitku. Pasti ini smua karna memang kehendak Nya membuat tubuhku lebih segar seketika itu.
Aku simpan baik-baik gambar ini. Di draft emailku yang ku beri label "File penting". Disaat yang lain ketika aku sakit, ak teringat kata-katanya akan gambar obat itu. Ku buka lagi gambar ini. Senyumku pun mengembang lagi. Dan tubuhku terasa lebih baik dari sebelumnya.. Mungkin tubuhku merasa lebih baik karna memang efek dari obat "asli" yang ku minum, atau obat "fiktif" pemberiannya. Mungkin karna kondisi psikologis ku yang lebih baik karna melihat obat itu yang membuat tubuhku menjadi sehat. Dan juga karna kuasa Nya tentunya yang lebih utama.
Obat itu akan aku simpan, sampai nanti jika suatu saat bukan tubuhku yang sakit, ku harap obat ini pun bisa berikan senyuman untukku.. :)
== Pudarnya Pesona Cleopatra ==
Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. “Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu,” kata ibu.“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu,” ucap beliau dengan nada mengiba.Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi di hatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “Cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli !” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas Arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya! Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.***
Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihana pun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab, “tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga.”Ada kekagetan yang kutangkap di wajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “Kenapa Mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa Mas sudah tidak mencintaiku,” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih.“Wallahu a’lam,” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau Mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa Mas ucapkan akad nikah?”“Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa Mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa Mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan Mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku di dunia ini,” Raihana mengiba penuh pasrah.Aku menangis menitikkan air mata, bukan karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku, menyiapkan segalanya untukku.
***
Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai di rumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi. Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir.“Mas tidak apa-apa,” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih,” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. ”Mas airnya sudah siap,” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri di depan pintu membawa handuk. ”Mas aku buatkan wedang jahe.” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. “Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. ”Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”.“Biasanya dikerokin,” jawabku lirih. “Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin,” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengeroki punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus.Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra. Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya. “Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu,” kata Ratu Cleopatra. “Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu.” Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba “Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya,” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. “Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya,” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam.Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
***
“Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang,” suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!,” panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan.“Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil ‘dinda’. Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar di bibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia. Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah.Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini. Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik di kampusnya dan hafal al-Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku.Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu,” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya, “Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta,” gumamku.Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia ke rumahnya.Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal di kontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, “Mas, untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh di bawah bantal, nomor pin-nya sama dengan tanggal pernikahan kita.”Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas di hati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut.Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa Arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa Arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang Mesir.Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa Arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. ”Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak Qalyubi.“Alhamdulillah, sudah,” jawabku.“Dengan orang mana?”.“Orang Jawa.”“Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”.“Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”.“Kau sangat beruntung, tidak sepertiku.”“Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”.“Bagaimana itu bisa terjadi?.”“Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Di sana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al-Azhar yang hafal al-Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S-1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan.Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali, Yasmin tidak bisa.Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir.”Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.”Mendengar cerita Pak Qalyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala di dindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan di bawah bantal.
Di bawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong.Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi, ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh di hadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah Kau muliakan hamba dengan al-Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok ke dalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba,” tulis Raihana.
Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa, “Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintu-Mu, melabuhkan derita jiwa ini ke hadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau.”Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak.
Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangannya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat di mata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana.Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis.“Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.“Raihana…, istrimu….istrimu dan anakmu yang di kandungnya”.“Ada apa dengan dia?”“Dia telah tiada.”“Ibu berkata apa!”“Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhoinya”. Hatiku bergetar hebat. “Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”.“Ketika Raihana di bawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, jadi maafkanlah kami.”Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru di kuburan pinggir desa. Di atas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua.
Sumber: Potongan dari Novel: Habiburrahman El Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra (Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa)
Hati menjadi resah dan gelisah ketika kita terbiasa berandai-andai dalam menyikapi persoalan hidup (Aa'Gym)
Ali ra :" sesungguhnya hati itu bisa bosan sebagaimana badan pun bisa bosan (letih), maka carikanlah untuknya hiburan yang mengandung hikmah." lebih lanjut Ali menambahkan ," senangkanlah hati sebentar, sebentar, karena hati itu kalau dipaksa bisa menjadi buta."
Sayangilah oleh kalian apa saja yang ada dibumi (saling tolong- menolong), niscaya kalian akan disayangi oleh siapa saja yang ada dilangit (HR.Ath-Thabari & Al-Hakim)
Kegagalan Hidup itu ketika kita tidak mendapatkan ketenangan dalam hidup. Ingatlah hidup ini hanyalah sekedar pakai. (Othman Shihab)
"Kesalahan adalah pintu gerbang manusia untuk melakukan penemuan." James Joyce (1882-1941), novelis Irlandia "
Masalah adalah kesempatan bagi anda untuk melakukan yang terbaik. Duke Ellington(1899-1974),komposer Jazz dan pianis terkemuka Amerika Serikat.
"Hidup tidak akan hidup jika Anda tidak membuat kesalahan.” Joan Collins, artis Inggris"
"Setiap perubahan, meskipun untuk menuju hal yang lebih baik, selalu diiringi oleh keberatan dan kegelisahan." Arnold Bennett (1867-1931), pujangga dan novelis asal Inggris "
Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap perduli padanya.
"Cinta adalah ketika kebahagiaan orang lain lebih penting daripada kebahagiaan diri sendiri.” H Jacson Brown, Jr, pengarang buku Life s Little Instruction"
Dua hal yang menghalangi kita memetik buah yang mestinya mampu kita petik: keluhan dan rasa takut. [Shakespeare]
"Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu." (Imam Nawawi)
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: "Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (Bukhari - Muslim)
Sumber perumusan artikel & tautan :
Tim Kepanitiaan Ifthor Jama'i (Senin-Kamis) YISC Al-Azhar Jakarta
Minggu, 10 Oktober 2010
Cara Agar Anda Mudah Bangun Shalat Malam -- Memperhatikan Posisi Tidur
MEMPERHATIKAN POSISI TIDUR
Diambil dari Facebook Satu Hari, Satu Ayat Qur'an
(Dari Buku : "111 Cara Agar Anda Mudah Bangun Shalat Malam" karya Abu Al-Qa'qa Muhammad Ibn Shalih)
Diantara cara yang bisa membantu Anda untuk bangun shalat malam adalah tidur dengan menyamping ke sebelah kanan. Hal ini sesuai contoh Rasulullah yang selalu tidur menyamping ke sebelah kanan. Cara ini juga dapat membantu seseorang cepat bangun dan menjauhkannya dari terlalu lelap tidur.
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Salallahu walaihiwassalam bersabda :
"Apabila salah seorang kalian hendak tidur, maka hendaklah ia mengibas-ngibaskan selimutnya , karena dia tidak akan tahu apa yang bisa menimpanya. Lalu berbaringlah dengan cara menyamping ke sebelah kanan, kemudian ucapkanlah :
BISMIKA RABBI WADHA'TU JANBI WA BIKA ARFA'UHU IN AMSAKTA NAFSI FARHAMHA WA IN ARSALTAHA FAHFAZHHA BIMA TAHFAZHU BIHI IBADAKA AL-SHALIHIN
(Dengan menyebut namaMu , wahai RabbKu, aku meletakkan punggungku dan aku mengangkatnya. Jika engkau menahan jiwaku, maka kasihanilah ia. Dan jika Engkau mencabutnya, maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba Mu yang shaleh) (HR. AL-Bukhari, Muslim dan Daud).
Al-Barra' ibn 'Azib meriwayatkan bahwa Nabi Salallahu'alaihiwassalam bersabda ; ''Apabila engkau hendak tidur, maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan menyamping sebelah kanan....(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hafshah ra. menuturkan 'Rasulullah bila hendak tidur , beliau meletakkan tangan kanannya dibawah pipinya yang kanan (HR. Al-Thabarani, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-jami no. 4523 )
Nasihat dari Ibnu Al Qayyim :
"Cara tidur Rasulullah yang menyamping ke sebelah kanan mengandung rahasia hikmah besar yaitu bahwa hati selalu terikat di samping sebelah kiri. Apabila seseorang tidur dengan menyamping ke kiri, pasti hati akan tenggelam dalam tidurnya. Hal ini disebabkan hati berada dalam kondisi istirahat hingga terlelap dalam tidurnya. Maka tidur menyamping sebelah kanan , maka hati akan terus bimbang dan tidak lelap dalam tidurnya karena hati terus mencari posisi yang tenang, yakni sebelah kiri.
karena itu para medis menganjurkan agar tidur menyamping sebelah kiri untuk kesempurnaan istirahat dan tidur nyenyak. Dan Para Pemilik Syariat menganjurkan tidur menyamping sebelah kanan agar tidur tidak terlalu pulas, sehingga bisa bangun malam.
Dengan demikian tidur menyamping sebelah kanan bermanfaat untuk hati, sedang tidur menyamping sebelah kiri berguna untuk badan ( Kitab Zad Al Maád )
Inilah karunia Allah yang besar untuk manusia, hingga posisi tidur pun bisa menentukan seseorang bisa bangun tengah malam, dan tentunya diiringi dengan keikhlasan dan niat tekad yang kuat bulat untuk bisa menunaikan Shalat yang mulia, setelah shalat fardhu, shalat Tahajjud.
Diambil dari Facebook Satu Hari, Satu Ayat Qur'an
Sabtu, 09 Oktober 2010
** Apa Itu Cinta - Kisah Perjalanan Plato **
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?
Gurunya menjawab, " Ada ladang gandum yang luas didepan sana . Berjalanlah kamu
dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting.
Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu
telah menemukan cinta" .
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan
kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak
boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling
menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di
depan sana , jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,"Apa itu perkawinan?Bagaiman a saya bisa menemukannya? "
Gurunya pun menjawab " Ada hutan yang subur didepan sana .
Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah
menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.
Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
CATATAN - KECIL :
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.
Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat
adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.
Terimalah cinta apa adanya.
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi
kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
Hmmmm....sooo cute...
Diceritakan kembali dari various sources
Jumat, 08 Oktober 2010
Memilihmu...
Jika aku mencari ketampanan, tentu aku tak memilihmu. Jika aku mencari kekayaan tentu aku juga tak memilihmu. Biarlah”tak sempurna” dan biarkan mereka trus bicara. TERSERAH..!!! karna aku tak akan mendengarkannya..
Aku tau kau punya seribu kekurangan tapi aku juga tahu kau punya berjuta kelebihan yang bersembunyi dibalik keimanan. Tenanglah..aku tak akan minta hidup yg mewah, tak akan minta harta yg berlimpah dan tak akan minta sesuatu yang engkau tak bisa menyanggupinya. Percayalah..aku menerimamu apa adanya.
Cintai aku tapi jangan sepenuhnya..
Marahi aku jika aku terselah tapi cukup dengan marah yang sewajarnya..
Sekali lagi ku katakan..biarkan mereka trus bicara…!!!
Tak apa..hatiku tak luka karena insya Allah aku yakin pilihanku adalah pilihanNYA juga.
Bantu aku untuk menjadi wanita sholehah sepenuhnya dengan menyempurnakan setengah dari agama, menjadi istri dari seorang hamba sepertimu yg begitu mencintaiNYA :)
by Sejernih Air on Monday, August 30, 2010 at 4:22pm
Ayah Bunda...
Ayah.. Bunda..
Kami tau kalian tlah lelah.. Kami tau kalian ingin menikmati hari tua dengan damai..
Kami tau Ayah, Kami tau Bunda..
Kalian menginginkan kami tumbuh menjadi anak2 yg soleh dan solehah..
Kami berusaha utk itu Ayah, Bunda..
Menjalankan sgla perintah-Nya dan menjauhi sgla larangan-Nya..
Kami tau Ayah, Kami tau Bunda..
Kalian menginginkan kami menjadi anak2 yg tak pernah lelah menimba ilmu-Nya.. Menggapai sgla cita dan asa..
Kami sedang melangkah tuk menggapai itu smua Ayah, Bunda..
Kami tau Ayah, Kami tau Bunda..
Kalian sgt menginginkan menantu soleh dan solehah.. Seseorang yg dpt berbagi suka dan duka bersama anak2mu..
Kami sedang melangkah tuk menggapai itu smua.. Ayah, Bunda..
Kami tau Ayah, Kami tau Bunda..
Kalian ingin menyaksikan kami,anak2mu bahagia.. Membangun keluarga yg bahagia.. Keluarga yg sllu bersama sampai di hari tua..
Kami sedang melangkah tuk menggapai itu smua.. Ayah, Bunda..
Ku tau Ayah, Ku tau Bunda..
Kalian menginginkan pangeran2 kecil dan bidadari2 kecil yg soleh dan solehah menghiasi rumah kalian...
Kami sedang melangkah tuk menggapai itu smua.. Ayah, Bunda..
Ayah, Bunda...
Doa kalian kan sllu kmi nanti...
Kami juga sllu berdoa tuk kalian Ayah, Bunda...
Agar selalu diberi kesehatan dan sllu dlm lindungan-Nya...
Menyambut pangeran2 dan bidadari2 kecil yg soleh dan solehah..
Ya Allah.. sayangilah Ayah, Bunda kami...
Jaga sllu mereka Ya Rabb..
Slalu beri senyum tuk mereka.. Kedua orang tua yg sllu beri senyum tuk kami.. anak2nya...
Amin...
Kutulis ini tuk Ayah Bunda..
-Indya-
Doa Mohon Kemampuan untuk Bersyukur
Ya Tuhanku, anugerahilah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yangtelah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan kiranya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai,
Curahkanlah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Dan semoga shalawat/rahmat dan kasih sayang tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat beliau.
Âmîn...
Curahkanlah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Dan semoga shalawat/rahmat dan kasih sayang tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat beliau.
Âmîn...
Langganan:
Postingan (Atom)