Saat ku duduk dibangku SMP ku memiliki sahabat yang sangat baik padaku. Dia baik sekali, dia nasehati aku saat ku salah dalam mengambil keputusan, dia hibur aku saat aku sedih, dan dia juga ada saat aku merasa bahagia. Dia sakit oleh beberapa pria, dia menyebutnya “kelana cinta”. Mungkin di seusiaku orang-orang menyebut “cinta monyet”. Semoga hanya cintanya saja yang monyet, bukan obyek yang didalamnya. Hehe. Walaupun sakit beberapa kali, tapi dia bukan sosok perempuan yang lemah. Dia masih bisa tersenyum, tertawa bahkan. Dia sangat ceria menurutku. Orang yang menurutku tak pernah sedih sedikutpun.
Dia berkata padaku "Cinta itu bagai layang-layang...". Aku tak tau apa maksudnya. Seketika aku menganggap remeh kata-katanya. Entah karna aku tak mengerti apa maksunya atau karna aku memang tak tertarik pada topik obrolannya. Dia melanjutkan lagi..
“Seperti bermain layang-layang, saat kamu memegang benang layang-layang, kamu harus bisa kendalikan layang-layang itu. Kondisikan sebaik mungkin, saat angin kencang atau tidak. Pegang kuat benangnya, agar kamu tak terkalahkan oleh kuatnya angin. Tapi tidak, jangan terlalu kuat memegangnya. Bisa-bisa benangmu putus, karna terlalu kencang kamu memegang benangnya bertanding dengan kuatnya angin. Selain itu tanganmu pun kan terluka, karena tergores dengan benang yang kamu pegang terlalu erat itu. Jika benangmu putus, layang-layangmu kan putus sayang... kamu kan kehilangan layang-layang kesayanganmu. Setelah layang-layang itu putus dan terbang, kamu layaknya anak kecil. Kamu kan menangis, tersedu-tersedu..”
Itu gambaran saat kamu menjalin komitmen dengan seseorang. Mungkin yang dia maksud adalah komitmen pra nikah (masa sebelum menikah). Jangan terlalu kuat kita mem- protec seseorang yang kita cintai. Mungkin memang niat kita melindungi dia, tak mau kehilangan dia karna saking sayang dan cintanya kita kepadanya. Hal yang wajar... tapi semakin seseorang dipegang erat, semakin kuat dirinya tuk lepas dari kita.
Lalu dia melanjutkan kata-katanya..
“Setelah kita kehilangan layang-layang kita, jangan berdiam diri. Ganti posisimu, yang tadinya kamu berlaku sebagai anak kecil yang kehilangan layang-layangnya, sudah saatnya kamu berganti peran menjadi LAYANG-LAYANG. Jangan jadi anak kecil yang menangis dan merengek hilangnya layang-layangnya. Terbanglah seperti layang-layang putus kemana saja yang kamu inginkan. Terbanglah tinggi mengikuti hembusan angin. Jangan sedih karna kamu sudah tak dimiliki anak kecil itu. Yakinlah tak lama lagi kamu kan ditemukan oleh anak kecil lainnya yang sedang menunggu layang-layang untuk dia ambil dan dia jaga. Layang-layang yang akan diperebutkan oleh banyak anak bahkan. Karna semua anak laki-laki menyukai layang-layang pada umumnya”
Setelah beranjak dewasa aku baru menyadari benar kata sahabatku itu. Mungkin kita bisa artikan dengan makna luas. Bahwa menjalani kehidupan itu kita harus fleksibel. Wajarlah terhadap smua hal. Jangan berlebih-lebihan. Jangan menyukai sesuatu benda berlebihan. Jangan mencintai seseoang secara berlebihan. Apalagi rasa yang kita gunakan adalah dari hati. Hati manusia dapat dibolak-balikkan oleh Alloh Swt kapanpun. Benci dan cinta itu tipis pemisahnya. Managemen kan rasa mu secara wajar. Karna hanya Alloh Swt yang tau smua jalan kita.. :)